Masa penuh cahaya, berhiaskan ria-canda serta asa..
Penuh mimpi, bertabur kasih sayang..
Seandainya bisa, aku ingin terus ada di masa ini..
Yaska
dan Ayra muncul di sebuah tempat yang penuh pepohonan rindang. Di tempat itu
terdapat pula sebuah sungai kecil berair jernih, mengalir diantara dua buah
pohon beringin yang berumur puluhan tahun.
“Lho
Kak, tempat apa ini? Tadi bukannya kita di rumahku ya?” tanya Ayra bingung. “Trus
kok badan kita kayak hantu gini?” kebingungannya
bertambah, menyadari tubuhnya yang menjadi transparan dan melayang sekitar 15
cm di udara.
“Aku
nggak tahu, Ra! Kayaknya ini dunia diary Vasya deh”
jawab Yaska, mengira-ira.
“Iya
juga sih” Ayra teringat peristiwa tadi, diary Vasya telah
menyedot mereka ke dalam dunia ini. “Tapi Kak, ini dimana?” tanyanya, tak
mengenali tempat ini.
“Hutan
kecil belakang SD Negeri 79” gumam Yaska lirih, tapi Ayra bisa mendengarnya.
“SD
Negeri 79? Berarti ini sekolah Kak Yaska dan Kak Vasya dulu dong?” tanya
Ayra, sambil mengamati sekeliling tempat itu.
Yaska
mengangguk sekilas, “Di tempat ini, pertama kalinya aku dan Vasya bertemu,
sekitar 11 tahun yang lalu. Di sini juga aku berjanji akan selalu jadi
sahabatnya” kenang Yaska, menerawang kejauhan.
Mendadak pandangan Yaska jatuh pada
satu titik, “Itu kakakmu dan aku, umur kami baru 6 tahun” ujarnya pelan, ia
menunjuk salah satu pohon beringin di pinggir sungai kecil tadi. Ternyata di
bawah beringin itu, dua orang anak kecil sedang bermain bersama.
“Yaska janji, Yaska akan jadi teman
Vasya selamanya” Yaska kecil
meneriakkan janji lalu mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.
“Vasya juga berjanji, Vasya tidak
akan nakal lagi sama Yaska” Vasya kecil pun mengucap janjinya.
“Teman” teriak kedua anak itu berbarengan.
“Wah, Kak Vasya dan Kak Yaska lucu banget”
komentar Ayra pada sosok Vasya dan Yaska kecil. “Kita deketin mereka
yuk!” ajak Ayra.
“Kayaknya nggak bisa, Ra.
Dunia ini bukan dunia kita, di dunia ini kita hanya bertindak sebagai pengamat.
Mereka mungkin aja nggak bisa melihat atau mendengar kita, bahkan mereka
mungkin nggak bisa merasakan keberadaan kita” jelas Yaska.
“Kok gitu, Kak?” tanya Ayra
heran.
Yaska menghela nafas sesaat, ia berkata
“Karena jika mereka bisa merasakan keberadaan kita, mungkin saja takdir yang
sudah terjadi bisa dirubah”
Ayra diam, merenungi kata-kata Yaska.
Dua orang anak kecil tersebut berjalan
sambil bergandengan tangan, mereka semakin dekat dengan tempat Yaska dan Ayra
berdiri. Namun Yaska dan Ayra tetap diam, sampai dua anak berusia 6 tahun itu
benar-benar melewati mereka. Tanpa hambatan, tanpa sadar bahwa mereka telah
menembus tubuh dua orang dari masa depan....
---*---