Senin, 21 Mei 2012

Dear Diary part II


Masa penuh cahaya, berhiaskan ria-canda serta asa..
Penuh mimpi, bertabur kasih sayang..
Seandainya bisa, aku ingin terus ada di masa ini..
            Yaska dan Ayra muncul di sebuah tempat yang penuh pepohonan rindang. Di tempat itu terdapat pula sebuah sungai kecil berair jernih, mengalir diantara dua buah pohon beringin yang berumur puluhan tahun.
            Lho Kak, tempat apa ini? Tadi bukannya kita di rumahku ya?” tanya Ayra bingung. “Trus kok badan kita kayak hantu gini?” kebingungannya bertambah, menyadari tubuhnya yang menjadi transparan dan melayang sekitar 15 cm di udara.
            “Aku nggak tahu, Ra! Kayaknya ini dunia diary Vasya deh” jawab Yaska, mengira-ira.
            “Iya juga sih” Ayra teringat peristiwa tadi, diary Vasya telah menyedot mereka ke dalam dunia ini. “Tapi Kak, ini dimana?” tanyanya, tak mengenali tempat ini.
            “Hutan kecil belakang SD Negeri 79” gumam Yaska lirih, tapi Ayra bisa mendengarnya.
            “SD Negeri 79? Berarti ini sekolah Kak Yaska dan Kak Vasya dulu dong?” tanya Ayra, sambil mengamati sekeliling tempat itu.
            Yaska mengangguk sekilas, “Di tempat ini, pertama kalinya aku dan Vasya bertemu, sekitar 11 tahun yang lalu. Di sini juga aku berjanji akan selalu jadi sahabatnya” kenang Yaska, menerawang kejauhan.
Mendadak pandangan Yaska jatuh pada satu titik, “Itu kakakmu dan aku, umur kami baru 6 tahun” ujarnya pelan, ia menunjuk salah satu pohon beringin di pinggir sungai kecil tadi. Ternyata di bawah beringin itu, dua orang anak kecil sedang bermain bersama.
“Yaska janji, Yaska akan jadi teman Vasya selamanya” Yaska kecil meneriakkan janji lalu mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.
“Vasya juga berjanji, Vasya tidak akan nakal lagi sama Yaska”  Vasya kecil pun mengucap janjinya.
“Teman” teriak kedua anak itu berbarengan.
“Wah, Kak Vasya dan Kak Yaska lucu banget” komentar Ayra pada sosok Vasya dan Yaska kecil. “Kita deketin mereka yuk!” ajak Ayra.
Kayaknya nggak bisa, Ra. Dunia ini bukan dunia kita, di dunia ini kita hanya bertindak sebagai pengamat. Mereka mungkin aja nggak bisa melihat atau mendengar kita, bahkan mereka mungkin nggak bisa merasakan keberadaan kita” jelas Yaska.
Kok gitu, Kak?” tanya Ayra heran.
Yaska menghela nafas sesaat, ia berkata “Karena jika mereka bisa merasakan keberadaan kita, mungkin saja takdir yang sudah terjadi bisa dirubah”
Ayra diam, merenungi kata-kata Yaska.
Dua orang anak kecil tersebut berjalan sambil bergandengan tangan, mereka semakin dekat dengan tempat Yaska dan Ayra berdiri. Namun Yaska dan Ayra tetap diam, sampai dua anak berusia 6 tahun itu benar-benar melewati mereka. Tanpa hambatan, tanpa sadar bahwa mereka telah menembus tubuh dua orang dari masa depan....

---*---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar